Jawaban untuk para Pencari Tuhan : Tentang Keontentikan Al Qur'am
Oleh : Abu Taqi Machicky Mayestino
Al Quran adalah Kitab petunjuk
kehidupan, sabda, firman dari Tuhan. Namun sebagian manusia tak
mempercayainya. Maka setidaknya, untuk membuktikan kebenaran atau
ketidakbenaran Al-Qur'an, Alloh subhanahu wa ta’aala azza wa jalla tak
segan-segan menyindir dan menantang dengan jelas semua makhluk, untuk:
1. Menyusun yang semacam Al Quran secara keseluruhan:
Al Quran Surat Ath Thuur ayat 34 (52:34): Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar
2. Menyusun sepuluh surat saja semacam Al Quran:
Al Quran Surat Huud ayat 13 (11:13):
Bahkan
mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu".
Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat
yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu
sanggup (memanggilnya) selain Alloh, jika kamu memang orang-orang yang
benar"
3. Menyusun satu surat saja semacam Al Quran:
Al Quran Surat Yunuus ayat 38 (10:38):
Atau
(patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah:
"(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah
surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil
(untuk membuatnya) selain Alloh, jika kamu orang yang benar."
4. Menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan salah satu surat dari Al Quran:
Al Quran Surat Al Baqarah ayat 23 (2:23):
Dan jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah [*] satu surat (saja) yang semisal Al
Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Alloh, jika kamu
orang-orang yang benar.
[*] Ayat ini merupakan tantangan
bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat
ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena
ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam.
Di dalam Al Quran, sebagaimana
berbagai ciptaan Alloh subhanahu wa ta’aala dalam khazanah pembagian
yang Kauniyah (tersirat) dan yang Qauliyah (tersurat), maka sungguh
terkandunglah berbagai rahasia, makna, aturan, ilmu-pengetahuan,
perjanjian, hukum, bahkan insya Alloh kekuatan rahasia, dan sebagainya
yang kiranya tak diketahui manusia; yang juga tersirat (dan bahkan tidak
terlihat, ghaib, atau belumlah lagi atau tidaklah diketahui) maupun
yang tersurat (yang dapat terlihat jelas).
Berbagai hal itu, bahkan baru dapat
diungkapkan jauh berabad-abad setelah turunnya Al Quran, dan bahkan
hingga kini, masih banyak hal yang belum dapat ditafsirkan oleh manusia
dan jin dengan segala ilmu pengetahuan yang telah didapatkannya. Jelas
diterangkan bahwa ada ayat-ayat yang mutasyabihaat (memerlukan penafsiran dan penjelasan lebih lanjut) dan muhkamaat (sudah jelas):
Al Quran Surat Aali Imraan ayat 7 (3:17):
Beliau-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat
[1], itulah pokok-pokok isi Al Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat
[2]. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah
untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
ta'wilnya melainkan Alloh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya
itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
[1] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.
[2]
Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang
mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang
dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam atau ayat-ayat yang
pengertiannya hanya Alloh yang mengetahui seperti ayat-ayat yang
berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai
hari Kiamat, surga, neraka dan lain-lain.
Barangsiapa mengulas Al Quran tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah menduduki neraka. (HR. Abu Dawud)
Abu
Tsa'labah Al-khusyani Jurtsum bin Nasyir rodhiyallahu ‘anhu..
meriwayatkan dari Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam, beliau
bersabda,
"Sesungguhnya Alloh subhanahu wa ta’aala telahmenetapkan beberapa
kewajiban, janganlah engkau menyepelekannya (meremehkannya), telah
menentukan sanksi-sanksi hukum, janganlah engkau melanggar, telah pula
mengharamkan beberapa hal, maka janganlah engkau jatuh kedalamnya.
Beliau juga mendiamkan beberapa hal karena kasih sayangNya kepada kalian
bukannya lupa, maka janganlah engkau mencari-carinya." (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ad-daruquthni, dll)
An-Nu'man bin Basyir berkata, "Saya
mendengar Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam bersabda, 'Yang halal
itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat
hal-hal musyabbihat(syubhat atau samar, tidak jelas halal-haramnya),
yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga
hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya.
Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti
penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke
dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan
ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Alloh adalah hal-hal yang
diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging.
Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila
sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah,
dia itu adalah hati.'" (HR. Bukhori)
Adalah mungkin saja, seseorang atau
bahkan segolongan Manusia dan Jin, membuat rangkaian syair berbahasa
Arab, seindah yang dapat dibuatnya dan kemudian dikatakannya pula
sebagai ayat kitab suci, bahkan dikatakannya adalah sebagai tandingan Al
Quran.
Namun semua ini, tentulah adalah hanya kata-kata, bahkan kalaupun ada keindahan, hikmah, kebajikan, di dalamnya.
Apakah ia
atau mereka dapat kiranya menjamin bahwa apa yang mereka buat itu,
mengandung berbagai rahasia dunia-akhirat? Masa lalu dan masa depan? Dan
lain-lain rahasia dan kekuatan?
Maka
mengenai ini, bahkan kepada para makhlukNya ini, Alloh subhanahu wa
ta’aala tetap menantangnya untuk membuat yang serupa, yang antara lain
seperti jelas tertera di ayat-ayat tersebut di atas.
Marilah kita telaah lebih dalam.
Salah satu
fenomena yang menarik, dalam berbagai penurunannya atau pewahyuan Al
Quran, seringkali pula berbagai ayat atau surat dari Kitab Suci Al Quran
diturunkan atau diwahyukan secara ’spontan’, secara
”sekonyong-konyong”, ”tiba-tiba” (yang dalam hal ini sesungguhnya adalah
dalam ukuran manusia, namun tidaklah demikian bagi Alloh subhanahu wa
ta’aala sebenarnya), misalnya untuk menjawab berbagai pertanyaan,
berbagai serangan dari musuh-musuh Islam saat itu, atau untuk
mengomentari berbagai peristiwa, dan sebagainya. Hal ini dapat ditelaah
dengan jelas dalam berbagai kumpulan kisah azbabun nuzul (sebab turunnya
ayat) berbagai ayat dan surat Al Quran, setidaknya saja.
Juga turunnya ayat langsung dalam
menjawab doa-pertanyaan Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam dan
sahabat Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu, akan keharaman minuman
keras atau khamr (yang saat itu adalah kegemaran bangsa Arab, bahkan
bangsa Arab yang telah menjadi muslim termasuk sahabat Rosululloh
sholollohu‘alaihi wasallam, Umar bin Khoththob rodhiyallahu ‘anhu) dalam
Al Quran Surat Al Baqarah ayat 219 (2:219) dan Al Quran Surat An
Nisaa’ ayat 42 (4:42) serta Al Quran Surat Al Maaidah ayat 90-91
(5:90-91).
Walaupun berbagai ayat ini turun
dengan 'tiba-tiba', yang sungguh menakjubkan adalah bahwa setelah
keseluruhan ayat Al Quran selesai diturunkan dan kemudian dilakukan
penelitian terhadap berbagai hal berkaitan dengan atau tentang Al Quran
ini, sungguh ditemukanlah sejumlah kenyataan yang menakjubkan, yang tak
mungkin dipikirkan, dirancang, dilakukan, diutarakan, dibuat oleh
seorang manusia (Rosululloh Muhammad bin ‘Abdullah bin Abdul Muthalib
sholollohu‘alaihi wasallam) bahkan bila dibantu oleh masyarakatnya
ataupun dilanjutkan bergenerasi sesudahnya yang sudah lebih maju
pengetahuannya.
Misalnya, tentang adanya berbagai
rahasia atau isyarat ilmu pengetahuan yang baru dapat dibuktikan
berabad-abad kemudian, tentang kisah-kisah sejarah, tentang
berita-berita ghaib (termasuk ramalan akan masa depan), tentang
keseimbangan-keteraturan susunan redaksional Al Quran atau
keseimbangan-keteraturan susunan kata-katanya, dan sebagainya.
Semakin pula lebih menakjubkan,
mendukung ini semua, bila disadari kenyataan bahwa Rosululloh Muhammad
bin ‘Abdullah bin Abdul Muththalib sholollohu‘alaihi wasallam adalah
seorang manusia yang ummiy atau tidak dapat membaca dan menulis (atau
dalam bahasa Inggris: an illiterate person).
Dari siapakah kiranya Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam mendapatkan semuanya itu?
Tidakkah ini didapatkannya dari (dalam Bahasa Sekuler) sebuah ’Sumber Kecerdasan Yang Lebih Tinggi’?
Lebih mudahnya, kita sebut saja ’Sumber Kecerdasan Yang Lebih Tinggi’ itu sebagai, Tuhan?
Al Quran Surat An Nisaa’ ayat 82 (4:82):
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu
bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak
di dalamnya.
Al Quran Surat Al An’aam ayat 115 (6:115):
Telah
sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Quran) sebagai kalimat yang benar dan
adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Beliau
lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.
Al Quran Surat Al Hijr ayat 9 (15:9):
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya .
[*] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
Al Quran Surat Al Mulk ayat 3-4 (67:3-4)
(3).
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu Lihat sesuatu yang
tidak seimbang?
(4) Kemudian pandanglah sekali
lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
ASPEK PENDUKUNG KEOTENTIKAN AL QURAN
Dalam hal ini, ada banyak sekali
aspek kuat yang mendukung keotentikan Al Quran al Karim, dan berikut
ini adalah sekelumit paparan bukti dari berbagai aspek itu, yaitu:
I_ Aspek keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya
Abdurrazaq
Nafwal dalam buku atau kitab ”Al-I’jaz Al-Adabiy li Al Quran Al Karim”
yang terdiri dari 3 jilid (terlepas dari berbagai pendapat pro dan
kontra atau skeptis tentang isinya dan kemungkinan ketidaksempurnaan
manusia penulisnya) mengemukakan berbagai contoh tentang keseimbangan
ini. Ringkasannya adalah:
1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya (lawan katanya):
”Al Hayah” (hidup) dan ”Al Mawt” (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
”Al Naf’” (manfaat) dan ”Al Madharrah” (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali
”Al Har” (panas) dan ”Al Bard” (dingin) masing-masing sebanyak 4 kali
”Al Shalihat” (kebajikan) dan ”Al Sayyi’at” (keburukan) masing-masing sebanyak 167 kali
”Al Thuma’ninah” (kelapangan atau ketenangan) dan ”Al Dhiq” (kesempitan atau kekesalan) masing-masing sebanyak 13 kali
”Al Rahbah” (cemas atau takut) dan ”Al Raghbah” (harap atau ingin) masing-masing sebanyak 8 kali
”Al Kufr” (kekufuran) dan ”Al Iman” (iman) masing-masing sebanyak 17 kali dalam bentuk definite
”Kufr” (kekufuran) dan ”Iman” (iman) masing-masing sebanyak 8 kali dalam bentuk indefinite
”Al Shayf” (musim panas) dan ”Al Syita’” (musim dingin) masing-masing sebanyak 1 kali.
2. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau kesamaan makna yang dikandungnya:
”Al Harts” dan ”Al Zira’ah” (membajak atau bertani) masing-masing sebanyak 14 kali
”Al ’Ushb” dan ”Al Dhurur” (membanggakan diri atau angkuh) masing-masing sebanyak 27 kali
”Al Dhallun” dan ”Al Mawta” (orang sesat atau mati jiwanya) masing-masing sebanyak 17 kali
”
Al Quran ”, ”Al Wahyu”, dan ”Al Islam” (Al Quran , wahyu, dan Islam) masing-masing sebanyak 70 kali
”Al ’Aql” dan ”Al Nur” (akal dan cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali
”Al Jahr” dan ”Al ’Alaniyah” (nyata) masing-masing sebanyak 16 kali
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya:
”Al Infaq” (infak) dan ”Al Ridha” (kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali
”Al Bukhl” (kekikiran) dan ”Al Hasarah” (penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali
”Al Kafiruun” (orang-orang kafir) dan ”Al Naar atau Al Ahraq” (neraka atau pembakaran) masing-masing sebanyak 154 kali
”Al Zakah” (zakat atau penyucian) dan ”Al Barakat” (kebajikan yang banyak) masing-masing sebanyak 32 kali
”Al Fahisyah” (kekejian) dengan ”Al Ghadhb” (murka) masing-masing sebanyak 26 kali
4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya:
”Al Israf” (pemborosan) dan ”Al Sur’ah” (ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali
”Al Maw’izhah” (nasihat atau petuah) dan ”Al Lisan” (lidah) masing-masing sebanyak 25 kali
”Al Asra” (tawanan) dan ”Al Harb” (perang) masing-masing sebanyak 6 kali
”Al Salam” (kedamaian) dan ”Al Thayyibat” (kebajikan) masing-masing sebanyak 60 kali
5. Berbagai keseimbangan khusus:
Kata ”Yawm”
(hari) dalam bentuk tunggal, adalah sejumlah 365 kali (atau adalah sama
dengan jumlah hari-hari dalam satu tahun) di dalam Al Quran .
Sedangkan kata ”hari” yang menunjuk
kepada betuk plural (”Ayyam”) atau dua (”Yawmayni”), jumlah
keseluruhannya dalam Al Quran adalah hanyalah 30 kali penyebutan, atau
dalam hal ini adalah juga sama dengan jumlah hari dalam satu Bulan
dengan mengikuti kaidah Kalender Qamariyah atau penanggalan sistem
Bulan, sistem Islam atau Arab.
Lalu, kata yang berarti ”Bulan”
(”Syahr”) hanya terdapat 12 kali, atau sama dengan jumlah bilangan Bulan
dalam satu tahun (12 Bulan) rotasi.
Ada 7 kali penjelasan tentang adanya
7 langit, yaitu antara lain dalam Al Quran Surat (Qur’an Surat) Al
Baqarah ayat 29, Al Quran Surat Al Isra’ ayat 44, Al Quran Surat Al
Mu’minuun ayat 86, Al Quran Surat Al Fushshilat ayat 12, Al Quran Surat
At Thalaq ayat 12, Al Quran Surat Al Mulk ayat 3, Al Quran Surat Nuh
ayat 15.
Selain itu, penjelasan tentang
penciptaan langit dan bumi dalam enam (6) hari atau masa atau tahapan,
disebutkan di dalam 7 ayat pula (dan tahapan terbentuknya sebuah
galaksi-planet dalam enam (6) tahapan yang memakan waktu ratusan bahkan
ribuan tahun ini, telah pula dibuktikan oleh ilmu-pengetahuan saat ini,
bahwa memanglah secara umum pembentukan Galaksi adalah dalam enam (6)
tahapan, bahkan saat inipun masih terbentuk Galaksi-galaksi baru, yang
masing-masing dalam (melalui) enam (6) tahapan, dalam ruang angkasa yang
bahkan memuai atau meluas ini.
Sebagai catatan, angka 7 sendiri
banyak sekali ditemukan di alam semesta, di Al Quran & di Hadits
Nabi Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi wasallam. Bahkan
pengulangan dari angka ini dalam Al Quran juga memunculkan sebuah
sistem yang koheren. Beberapa fenomena angka 7 tersebut adalah, antara
lain:
Merupakan jumlah dari tingkatan langit & bumi (Al Quran Surat 65:12).
Atom tersusun dari 7 tingkatan elektron.
Jumlah hari dalam satu minggu.
Jenis atau jumlah tanda (not dasar) musik.
Jenis atau jumlah warna-warni pelangi.
Jenis dosa besar (HR Al-Bukhori & Muslim).
Tanda bagi siksaan pada Hari Kiamat.
Jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah ("Tujuh ayat yang diulang-ulang").
Muslim bersujud dengan menggunakan 7 anggota badan dalam Shalat.
Muslim melakukan Thawaf sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
Muslim melakukan Sa'i antara Shafa & Marwah sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
Melempar jumrah sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
Dalam kisah Nabi Yusuf (Josef) ‘alaihis salaam banyak menyebut angka 7 (Al Quran Surat 12: 46-48).
Kisah siksaan kaum Nabi Hud (Hood) ‘alaihis salaam ditimpa angin topan selama 7 malam (Al Quran Surat 69:6-7).
Kisah Nabi Musa (Moses) ‘alaihis salaam memilih 70 orang dari kaumnya untuk bertobat (Al Quran Surat:17;155).
Kata Kiamat disebut dalam Al Quran sebanyak 70 kali.
Kata "Jahannam" (Neraka) disebut dalam Al Quran sebanyak 77 kali.
Jumlah pintu-pintu "Jahanam" adalah 7 (Al Quran Surat 15:44).
Terdapat 7 surah yang diawali dengan kalimat tasbih.
Sebagai catatan pula, angka ”tujuh”
(7) dalam budaya Arab Kuno juga dapat berarti ”banyak”, karena khazanah
berpikir dan kebiasaan orang Arab lama atau kuno (misalnya, orang-orang
Arab di masa-masa itu saat diturunkannya Al Quran) yang menghitung
jumlah tujuh (7) atau selebihnya, sebagai angka perlambang yang
menunjukkan jumlah banyak atau bahkan tak terhitung (tak dapat dihitung)
lagi (oleh mereka).
Maka, sejumlah mufassir atau
penafsir Al Quran dan atau atau ahli ilmu pengetahuan pun berspekulasi
tentang telah disebutkannya tentang berbagai kenyataan akan adanya tak
terhitung planet dan galaksi di luar bumi dalam Al Quran, dan bahkan
kemungkinan adanya makhluk-makluk lain di alam semesta di luar Bumi dan
sistem Solar (matahari) kita ini.
Selain ini, berkaitan dengan dunia
angka dan huruf (atau kata), juga ditemui beragam distribusi Matematika
di Al Quran, khususnya mengenai bilangan-bilangan prima dan beragam
hubungan luasnya, dan banyak sekali misteri dan fenomena angka juga kata
di Al Quran lainnya, di balik susunan, makna,dan
kemungkinan-kemungkinannya dan tata bahasa Arab sendiri (dan Bahasa
Sastra Arab yang digunakan di Al Quran ) yang memang sudah luar-biasa
itu.